Senin, 20 Februari 2017

Melakukan Amal Shalih Sebanyak-banyaknya





لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ * يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُون بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِين

“Mereka itu tidak sama. Di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud. Mereka beriman kepada Allah dan hari akhir, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan. Mereka termasuk orang-orang yang shalih.” (QS Ali ‘Imran : 113-114)

Kuat berinteraksi dengan Al Quran sesungguhnya merupakan dampak dari sekian banyak amal shalih yang telah kita lakukan. Antara Al Quran dan amal shalih saling menimbulkan motivasi antara satu dengan yang lain. Hari-hari yang diisi tilawah satu atau dua juz tentu beda dengan yang tidak diisi dengan tilawah sama sekali. Perbedaan akan tampak dalam semangat shalat wajib dan sunnah, atau ketenangan dalam mengatasi berbagai permasalahan kehidupan.
Jika sepakat dengan cara berpikir tersebut, maka dapat dipastikan bahwa orang-orang yang memiliki kemampuan berinteraksi dengan Al Quran akan memiliki kebiasaan beramal shalih, misalnya:
  1. Mencintai Masjid
    Menurut surah At-Taubah [9]:18, kecintaan terhadap masjid harus dibuktikan dengan adanya indikasi ‘imarah (memakmurkan). Ketika Rasulullah Saw membaca ayat ini, beliau pun bersabda: “Jika engkau melihat seorang laki-laki mondar-mandir ke masjid, maka saksikanlah bahwa dia memiliki iman yang baik.” (HR Ahmad dan Tirmidzi) 
    Kita sering mengeluh tak dapat berinteraksi dengan Al Quran, padahal kita sendiri yang menciptakan kondisi itu. Buktinya adalah lemahnya hubungan kita dengan masjid. Dari shalat lima waktu yang seharusnya kita lakukan di masjid, kadang-kadang hanya dua atau tiga waktu saja yang kita lakukan di masjid. Keberadaan kita di masjid pun sangat singkat, datang menjelang takbiratul ihram dan keluar paling awal. Bayangkan berapa puluh amal shalih yang tertinggal dengan kondisi seperti itu. Sayang sekali bila kita tidak pernah merasakan suatu kerugian besar karena keterlambatan kita datang ke masjid.
  2. Banyak Berdzikir
    Berdzikir kepada Allah ﷻ secara hati dan lisan dapat membangun kemampuan berinteraksi dengan Al Quran. Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik dzikir adalah membaca Al Quran”. Sudahkah amaliyah dzikir yang secara harian dilaksanakan oleh Rasulullah ﷺ kita amalkan secara rutin? Antara lain:
    • Dzikir ba’da shalat wajib terdiri dari tahlil 10 kali, tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali.
    • Dzikir pagi dan petang yang dirangkum ‘ulama dalam Al-Ma’tsurat atau Hishnul Muslim atau Al-Wirdul Latif
    • Dzikir dalam kegiatan seperti makan, minum, naik kendaraan, keluar masuk kakus dan lain sebagainya
  3. Berkomitmen dengan Shalat Wajib dan Shalat Sunnah
    Jika pelaksanaan shalat membutuhkan kedisiplinan, maka demikian pula halnya dengan berinteraksi dengan Al Quran.
  4. Banyak Melakukan Shaum Sunnah
    Orang yang sedang shaum akan mengisi sepanjang harinya dengan ketaatan kepada Allah ﷻ yang akan menghasilkan keterikatan yang kuat dengan Allah Swt lalu akan berdampak kepada pembersihan jiwa dan peningkatan kualitas maknawiyah.
  5. Rajin Bertilawah
Ber-tilawah berarti melatih kesabaran dan ketundukan jiwa untuk berlama-lama dengan Al-Qur’an. Kalau saja kita bisa rutin khatam sebulan sekali maka kita akan semakin stabil dan tidak mudah tunduk kepada hawa nafsu. Jiwa akan lebih tenang karena selalu tersibukkan dengan Allah Swt. Bila jiwa dalam kondisi ini, maka niscaya kita akan selalu siap dengan interaksi yang lebih memerlukan kesabaran yang lebih besar.

Semua amal shalih pada hakikatnya saling terkait, seperti shalat, tilawah, i’tikaf di masjid dan lain sebagainya. Jangan biarkan jiwa kita terus mengeluh mengenai susah dan beratnya berinteraksi dan bergaul dengan Al-Qur’an. Lakukanlah aksi, niscaya jarak menuju kepada yang kita cita-citakan akan semakin dekat. Insya Allah.

Selasa, 07 Februari 2017

Taqwa : Bekal Terbaik Para Pemuda



Adik-adikku tercinta...

Bagaimana kabar kalian ?

Semoga sebagai pemuda, adik-adik semua tetap dalam ketaatan pada Allah Penguasa Alam Semesta, sehingga aktifitas kalian selalu dalam bimbingan dan penjagaan-Nya.

Adik-adikku semua...

Kali ini Kak Ferry ingin mengajak kalian semua untuk mengulang kembali makna Taqwa yang tentu sudah kalian dapatkan sejak dahulu kala.

Mengapa harus kita ulang kembali ?

Karena manusia pasti lupa dan itu adalah sifat dasar setiap manusia.

Mengapa harus kita ulang kembali ?

Karena Taqwa adalah bekal terbaik bagi seorang hamba saat berjumpa dengan Allah ﷻ yang menciptakannya.


Adik-adikku semua...

Terkait makna Taqwa yang menjadi tema bahasan kita, maka dahulu Sayyidina 'Ali ibn Abi Thalib radhiyallahu 'anhu, seorang pemuda terbaik di zamannya, menantu Rasulullah ﷺ , suami dari Fathimah Az-Zahra, pernah mendefinisikannya dengan kalimat yang indah, beliau berkata :

التقوى : الخوف من الجليل ، والعمل بالتنزيل ، والرضا بالقليل ، والاستعداد ليوم الرحيل

"Taqwa adalah : Takut kepada Allah Yang Maha Agung, Mengamalkan Isi Kitab Suci, Ridha dengan Yang Sedikit, Bersiap-siap menghadapi kematian"

Marilah kita simak maksudnya satu persatu :

1. Takut Kepada Allah ﷻ

Sifat utama orang yang bertaqwa adalah takut kepada Allah ﷻ.

Inilah sifat yang melekat pada diri Nabi dan Rasul yang diutus Allah ﷻ, termasuk Nabi kita Muhammad ﷺ , serta diikuti oleh para Sahabat dan para penerus perjuangan mereka.

Mereka senantiasa merasa diawasi oleh Allah ﷻ, sehingga muncul sikap hati-hati dalam menjalani kehidupan. Jangan sampai kita terjerumus melakukan hal yang menyebabkan kemarahan dan kemurkaan Allah ﷻ.

Ada janji yang luar biasa bagi mereka yang takut kepada Allah ﷻ :


وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ

"Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya..."

فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَىٰ

"... maka sesungguhnya surga lah tempat tinggal(nya)."


2. Melaksanakan Apa Yang diturunkan Allah ﷻ

Sifat kedua orang bertaqwa adalah bersemangat melaksanakan instruksi Allah ﷻ dan Rasul-Nya yang ada dalam Al Quran maupun Sunnah yang mulia.

Mereka tunduk dan patuh pada ayat-ayat Allah tanpa pernah pilih-pilih. Jikalau saja Allah punya 1000 instruksi, niscaya hati kecil mereka mengatakan : "kami siap melaksanakan"

Ketika ada ayat yang di awali dengan kalimat "wahai orang-orang yang beriman ..." maka mereka membuka telinga lebar-lebar, menyimak dengan seksama, karena mereka yakin setelah itu akan ada instruksi yang harus dijalankan atau ada larangan yang harus ditinggalkan.

Misalnya saat Allah ﷻ berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْكَافِرِينَ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِ الْمُؤْمِنِينَ ....

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin..." (An-Nisaa : 145)

Maka mereka segera patuh, dan mendukung Pemimpin Muslim bukan mendukung mereka yang Kafir dan ingkar kepada Allah ﷻ.


3. Ridha Dengan Yang Sedikit

Sifat ketiga orang yang bertaqwa adalah Hatinya lapang menerima setiap keputusan Allah ﷻ.

Mereka begitu ikhlas, ridha, lapang dada atas semua ketetapan Allah ﷻ. Tidak pernah terdengar berkeluh kesah, apalagi marah dan ngambek kepada Allah ﷻ.

Yang keluar dari lisan mereka hanyalah ucapan syukur atas pembagian dari Allah ﷻ. Tak peduli sedikit atau banyak, kecil atau besar, pahit ataupun manis, semuanya diterima dengan lapang dada. Hidup mereka pun berbahagia.

Karena mereka meyakini bahwa Allah ﷻ yang menciptakan mereka tentu lebih tau yang terbaik bagi hamba-hambaNya.

4. Sibuk Menyiapkan Bekal Untuk Menghadapi Kematian

Sifat terakhir mereka yang bertaqwa adalah fokus kepada akhirat. Mereka menyadari betul bahwa kehidupan yang sebenarnya dan bersifat abadi adalah kehidupan setelah mati. Oleh karena itu detik demi detik waktu yang mereka miliki diarahkan agar menghasilkan berbagai kebaikan. Sehingga muncul lah berbagai amal sholih yang spektakuler.

Dan para pendahulu kita yang shalih (salafus shalih) telah memberi tauladan yang luar biasa dalam hal ini, bisa kita jumpai dalam buku-buku sejarah atau biografi mereka.

Diantara contohnya adalah :

✅ Imam Abu Hanifah rahimahullah, pernah khatam Al Quran 7000 kali seumur hidupnya.

✅ Sa'id Ibnul Musayyib rahimahullah, tidak pernah tertinggal sholat jamaah selama 70 tahun lamanya.

✅ Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , tidak akan tidur sebelum bertasbih 20 ribu kali dalam sehari.


Adik-adikku semua...

Itulah empat sifat orang yang bertaqwa menurut Imam 'Ali radhiyallahu 'anhu. Semoga Allah ﷻ membantu kita untuk merealisasikannya, Amin.



Yang Mencintai Kalian

Bagus Ferry Setiawan